Idap kelainan otak, bayi di Bangli makan bubur harus dibikin jus

Bola206 Setidaknya sudah empat kali pergantian tahun tidak pernah dirasakan bagi pasutri Komang Begbeg Arsana (41) bersama istrinya Ni Komang Ayu Diarasita (32) asal Banjar Cepunggung, Desa Bangbang,Tembuku di kabupaten Bangli, Bali.
Bagaimana tidak selama ini, pasutri ini tidak berdaya atas derita yang dialami putrinya, Ni Kadek Nata Nia Putri (4).
Sejak lahir hingga usianya mau menginjak lima tahun, anak keduanya ini alami penyakit kelainan otak. Keluarga ini hanya bisa pasrah untuk pengobatan lantaran terbentur masalah ekonomi. Agen bola terpercaya
Sambil memangku putrinya, Ayu Diarasita mengatakan, penyakit yang diderita putrinya sudah terlihat sejak baru dilahirkan. Oleh dokter saat itu dikatakan bayinya ada masalah dengan kelainan otak.
"Saya tidak menyangka anak saya alami penyakit ini. Padahal masa kehamilan normal-normal saja, setiap bulan saya rutin kontrol kandungan ke bidan," kenang Ayu di rumahnya.
Kenangnya lagi bahwa saat usia bayinya berumur 6 bulan, memang sempat terjatuh saat mengendarai motor. "Saat itu saya langsung periksa ke bidan, memang tidak ada masalah. Juga tidak sampai pendarahan," akunya. Bandar Sabung Ayam (LIVE)
Saat lahiran, kata ibu ini dilakukan tindakan oprasi Caesar. "Waktu diangkat dari kandungan anak saya tidak menangis dan kejang-kejang. Terus dari rumah sakit di Bangli, anak saya di rujuk ke RSUP Sanglah di Denpasar. Saya tidak tau ada apa dengan anak saya saat itu," tuturnya dengan mata berkaca kaca.
Dikatakannya kalau putrinya itu selama 1,5 bulan berada dalam ruang ICU. Dari hasil diagnose dokter yang menangani dikatakan kalau anaknya menderita kelainan otak yang berimbas tidak bisa bergerak, melihat dan mendengar secara normal. Sabung Ayam Online
Saat ini, ia mengaku lirih acap kali kontrol ke dokter spesialis anak setiap bulannya. Selain soal biaya, jarak dari rumahnya ke dokter yang dirujukkan hampir 70 kilometer.
"Dari Bangli ke dokter rujukan di Denpasar hampir 1 jam lebih, naik sepeda motor," akunya.
Untuk biaya sekali kontrol berkisar Rp 800 ribu dengan rician 100 ribu biaya konsultasi dan 700 ribu untuk obat.
"Saya punya Kartu Indonesia Sehat (KIS), tetapi tidak ada gunanya. Karena dokter yang tangani dokter swasta tidak layani KIS. Kadang kalau uang pas-pasan, ya, beli obatnya hanya separo. Hingga sekarang tidak ada perubahan juga sakit anak saya," tukasnya.
Belum lagi mereka harus dikerutkan alis soal susu yang khusus untuk anaknya ini. Kata dia untuk susu berat 750 gram habis dalam waktu enam hari.
Mirisnya lagi, putrinya ini selama ini hanya makan bubur. Jadi wajar jika diusianya yang beranjak 5 tahun pada Januari 2018 nanti, hanya mencapai 10 kilogram. Agen Sabung Ayam
Bahkan untuk makan bubur, itu pun harus dihaluskan lagi dengan blender jus. "Selama ini hanya makan bubur dan masih harus diblender seperti jus. Saya hanya pasrah, apalagi dengan biaya yang harus dikeluarkan, betul-betul kwalahan," akunya.
Sementara Kadus Cepunggung, Ketut Adnyana hanya bisa berharap banyak agar adanya uluran tangan baik itu dari pemerintah, swata atau yayasan untuk bisa membantu meringankan kebutuhan keseharian warganya, Kadek Nata Nia Putri. Sabung Ayam
No comments