Kedamaian tercipta kalau Trump tarik pengakuan Yerusalem ibu kota Israel
Resolusi Majelis Umum PBB menghasilkan penolakan atas pernyataan Presiden AS Donald Trump soal pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel. 128 Negara menentang pengakuan presiden AS ke-45 itu.
Guru besar Hubungan Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana menilai dengan adanya resolusi tersebut dapat mendesak Trump memikirkan ulang dan menarik pernyataannya tersebut.
"Dengan resolusi yang kemarin itu adalah cara Trump memikirkan kembali pernyataannya. Bahkan setiap negara juga menyatakan sebaiknya Trump memikirkan ucapannya kembali," ujar dia pada diskusi di Salemba, Jakarta Pusat, Sabtu (23/12).
Sehingga, pasca resolusi itu penyelesaian damai antara Palestina dan Israel dimungkinkan terjadi. Selama Trump tidak keras kepala dan mau menarik ucapannya.
"Semua tergantung pada Trump. Peace process akan terjadi kalau pihak Amerika menarik kembali ucapan mereka yang kemarin. Tetapi kalau tidak akan muncul kegaduhan-kegaduhan lain," kata Hikmahanto.
Manuver politik internasional AS, menurut Hikmahanto malah menjadi bumerang bagi AS. Masyarakat Internasional telah mengakui Palestina dengan dibuktikan dalam resolusi majelis umum PBB tersebut. Hal itu juga bisa membuat Trump mengalami penurunan dukungan dan pengakuan oleh rakyat AS.
"As telah kehilangan legitimasi sebagai champion demokrasi, dia juga tidak punya legitimasi sebagai mediator yang honest. Seharusnya jadi starting poin meyakinkan rakyat politis AS bakal bawa kemunduran bagi AS," tukas dia.
No comments